Kitab kuning atau biasanya juga disebut dengan kitab gundul merupakan istilah yang digunakan oleh masyarakat untuk menyebut kitab-kitab berbahasa Arab. Kenapa dinamakan kitab kuning, karena memang kertasnya berwarna kuning. Yang sebenarnya kertas kuning itu hanya kebetulan saja. Artinya memang tidak ada hubungannya sama sekali dengan aturan syarat, dan bukan anjuran para ulama untuk mencetak bukunya menggunakan kertas bewarna kuning. Karena itu, jangan sampai muncul keyakinan dalam diri kita bahwa kitab yang dituliskan Arab bewarna kertas kuning memiliki keistimewaan khusus dibanding kitab lain. Sekali tidak ya. Karena kitab kuning itu memang hanya kebetulan saja kertasnya bewarna kuning.

Alasan kenapa kitab kuning kertasnya bewarna kuning, lantaran dianggap lebih nyaman dan mudah dibaca dalam keadaan redup. Ketika penerangan masih terbatas pada masa lampau, utamanya di desa-desa, para santri terbiasa belajar di malam hari dengan pencahayaan seadanya. Meski kini penerangan telah mudah, kitab-kitab ini tetap diproduksi menggunakan kertas bewarna kuning mengikuti tradisi, walaupun ada juga yang sudah dicetak menggunakan kertas bewarna putih. Sebab lainnya, adalah karena umur kertas yang telah kuno turut membuat kertas semakin lama menjadi menguning dan menjadi lebih gelap secara alami, juga disebutkan karena kuning lantaran lebih ekonomis sehingga dapat mengurangi ongkos produksi secara massal.

Istilah “kitab kuning” awalnya digunakan sebagai melecehkan dan menghinakan oleh orang-orang yang tidak seneng dengan ulama. Mereka mengejek dengan mengatakan, “Apa yang diketahui oleh ulama tentang urusan negara, sementara mereka tidak membaca kecuali kitab kuning saja.

Awalnya memang menyakitkan, tetapi kemudian nama Kitab Kuning diterima sebagai salah satu istilah dalam studi kepesantrenan. Dan sekarang justru istilah kitab kuning menjadi bentuk kemuliaan. Ketika ada yang berfatwa dalam masalah agama, masyarakat langsung berkomentar, “Bagaimana mungkin orang ini berfatwa, sementara membaca kitab kuning saja dia tidak bisa.”

Sementara itu, pengertian secara umum bahwa kitab kuning adalah kitab-kitab keagamaan berbahasa Arab, atau berhuruf Arab tanpa ada harakat atau istilah lain huruf arab gundul, sebagai produk pemikiran ulama-ulama masa lampau (as-salaf) yang ditulis dengan format khas pra modern sebelum abad ke 17-an M.

Kitab kuning ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Penyusunannya dari yang lebih besar terinci ke yang lebih kecil, seperti kitabun, babun, fashlun, far’un, dan seterusnya.
  2. Tidak menggunakan tanda baca yang lazim, tidak memiliki titik koma, tanda seru, tanda tanya, dan lain sebagainya.
  3. Selalu menggunakan istilah dan rumus-rumus tertentu seperti untuk menyatakan pendapat yang kuat dengan mamakai istilah Al – Madzhab, Al – Ashlah, Al – Shahih, Al – Rajah, Al – Rajih, dan seterusnya. Untuk menyatakan kesepakatan antar ulama beberapa madzhab digunakan istilah itjima’an sedang untuk menyatakan kesepakatan antar ulama satu madzhab digunakan istilah ittiraqan.
  4. Pergeseran dari satu sub topik ke sub topik lainnya tidak menggunakan alinea baru, tetapi menggunakan pasal-pasal atau kode sejenis seperti, tatimmah, muhimmah, tanbih, par, dan lain sebagainya.

Spesifikasi kitab kuning secara umum terletak pada formatnya yang terdiri dari dua bagian, matn selalu diletakkan dibagian pinggir, sementara syarh diletakkan dibagian tengah. Ukuran Panjang dan lebar kertas yang digunakan pada umumnya kira-kira 26cm ukuran quarto.

Ciri khas lainnya terletak pada penjilidannya yang tidak dijilid seperti buku. Ia hanya dilipat setiap kelompok halaman, misalnya 20 halaman, yang dikenal dengan istilah korasan. Tujuannya mungkin agar mudah dibawa secara terpisah.

Suatu saat kitab kuning bisa saja hanya tinggal namanya saja, tidak menunjukkan kepada makna yang sebenarnya bahwa sebenarnya kitab kuning merupakan kitab klasik yang dicetak menggunakan kertas bewarna kuning. Mungkin saja nanti anak cucu kita yang belajar di pesantren akan bingung mengapa kitab itu disebut kitab kuning lantaran kini sudah banyak yang dicetak menggunakan kitab putih bahkan secara digital.

Share This

Share This

Share this post with your friends!