Transisi dari usia anak ke remaja sering terjadi dilemma soal cita-cita. Sejak kecil, tentu kamu sudah merasakan dinamika cita-cita yang berubah-ubah. Waktu TK ingin jadi  Power Ranger karena kamu mengidolakan mereka, waktu SD cita-citamu berubah ingin jadi guru karena kamu punya guru favorit di sekolah. Makin besar, tentu kamu makin menemukan pilihan-pilihan baru untuk dirimu sendiri. Biasanya, ketika kamu menyampaikan cita-cita pada orang tua kamu dianggap sebagai anak yang sedang mencari jati diri, dan orang tuamu memahami bahwa aka nada kemungkinan besar cita-citamu berubah untuk ke sekian kali. Namun, tentu ada rasa sedih ketika makin dewasa kamu merasa telah menemukan cita-cita yang sesungguhnya dan tak didukung oleh orang tuamu.

Bukan hanya merasa tidak didukung. Banyak juga anak yang merasa tidak memiliki ruang untuk menentukan pilihannya sendiri, untuk dirinya sendiri. Puncak perasaan “tidak didukung” biasanya terjadi pada masa peralihan dari SMA ke usia selanjutnya. Keputusan melanjutkan belajar di perguruan tinggi dan bekerja biasanya didominasi oleh keputusan orang tua. Jangan heran jika nanti pada jenjang perguruan tinggi kamu akan menemukan teman-teman yang memilih sebuah jurusan hanya untuk menuruti keinginan orang tuanya, bukan keinginannya sendiri. Tidak sedikit anak yang merasa dipaksa, sehingga melakukan aktivitas yang tidak sesuai passion.

Passion dalam Bahasa Inggris berarti gairah. Dalam kehidupan bertumbuh kembang, passion biasanya identik dengan suatu hal yang menarik bagi kita hingga akhirnya kita memiliki gairah untuk melakukannya terus-menerus. Passion tentu berbeda dengan minat, karena indikator passion bukan hanya pada ketertarikan tetapi juga aktivitas yang telah dilakukan dalam mengimplementasikan ketertarikan tersebut. Misalnya kita tertarik pada musik, lalu apa aktivitas yang sering kita lakukan dan berkaitan dengan musik? Apakah menulis lirik lagu? Bermain gitar? Atau lainnya?

Spesifikasi dalam menentukan passion merupakan penentu produktivitas kita dalam suatu bidang, dan tentu aja akan memengaruhi pada pilihan kita di berbagai hal. Nah, untuk dapat menjalankan passion dengan baik dan tetap bertanggung jawab pada orang tua, jangan ragu menyampaikannya pada orang tua. Namun sebelum menyampaikan, kamu perlu memetakan kekuatan diri dan memastikan bahwa memiliki alasan serta tujuan kuat dalam menjalankan passion.

Untuk mendukung perkembangan passion, pastikan juga bahwa kamu memiliki tujuan lebih besar dalam menjalankan aktivitas tersebut. Bukan hanya sekadar minat yang bermanfaat untuk diri sendiri. Namun jangan hanya ingin didengarkan, tetapi harus mau juga mendengarkan harapan orang tua. Hal ini penting agar nantinya kamu memiliki pola hubungan dan tujuan besar yang akan membanggakan orang tuamu juga. Kamu bukan hanya punya peluang untuk menjalankan passion, tetapi juga dapat mengarahkannya ke hal yang diharapkan orang tuamu.

Buktikan bahwa dengan passion bukan hanya dapat membahagiakan diri sendiri, tetapi juga membahagiakan orang tua dengan cara yang barangkali berbeda. Jangan berhenti pada menyampaikan passion-mu, tetapi juga buktikan lewat aktivitas-aktivitas yang kamu lakukan. Orang tua akan paham bahwa anaknya berkembang dengan polanya sendiri, bukan untuk dibandingkan dengan orang lain.

Share This

Share This

Share this post with your friends!