Pernah mendengar istilah ZMOT alias kepanjangan dari Zero Moment Of Truth, kondisi dimana saat pengambilan keputusan pada solusi tertentu dengan membandingkan review atau ulasan terhadap solusi tersebut. Secara tidak sadar, kita hampir melewati fase tersebut, terlebih ketika berhadapan dengan online shop bukan? Itulah kenapa review itu menjadi fitur wajib dimanapun, di online shop, di play store/app store, di YouTube sekalipun dengna fitur like-nya, dan bahkan di Instagram dengan jumlah like dan reach-nya.

Bayangkan sebuah solusi tersebut itu adalah kamu, seseorang yang kamu branding sebagai seorang pemain bulu tangkis profesional yang sedang mencari sponsor. Tentu ketika sebuah sponsor mendapati pengajuan sponshorship atas nama kamu, tidak serta merta sponsor akan mempercayai dan langsung menggelontorkan sponsorship-nya. Tentu ada di satu titik mereka para sponsor perlu diberikan informasi yang meningkatkan kepercayaan mereka. Bagaimana caranya? Cara mudahnya adalah menjelajah internet dan social media yang relate dengan kamu sebagai solusi tersebut. Di titik ini menjadi krusial social media branding.

Social media branding, gabungan dari 2 istilah, social media dan branding, branding adalah keciatannya, social media adalah mediumnya. Jadi seperti aktivitas branding pada umumnya, tapi ini dilakukan di social media. Kegiatannya tetap sama yaitu memberitahukan ke khalayak tentang siapa kita dan spesialisasi kita, termasuk juga apa yang tidak kita sukai.

Misalkan ada seseorang yang kamu kenal mempunyai 2 tiket menonton laga sepak bola, dan kamu sebenarnya adalah pecinta sepak bola tapi kamu tidak pernah menampilkan antusiasme itu di social media, kemungkinan besar kamu tidak akan mendapatkan kesempatan menonton langsung laga sepak bola itu. Begitu juga dengan seorang pemain bulu tangkis yang sedang mencari sponsor, bagaimana sponsor bisa tahu dan percaya jika kamu tidak pernah meng-expose kesukaanmu itu di social media. Maka sekarang saatnya kamu melakukan social media branding supaya khalayak tahu potensi kamu sebenarnya.

Brand identity

Karena ini adalah soclal media yang mana serba visual, brand identity sangat penting supaya audience cepat mengenali dan mengasosiasikan suatu konten ke kamu. Brand identity ini mulai dari pemilihan kombinasi warna, pemilihan font yang digunakan dalam sebuah desain, sampai dengan suara dan animasi yang dominan digunakan di setiap editing konten kamu. Semakin konsiten dipakai, semakin audience melekat dengan branding kamu.

Tentukan Content Pillar

Content pillar membantu kamu untuk memberikan batasan dari konten. Misalkan kamu ingin membahas tentang kesehatan, tentu terlalu luas. Maka kamu perlu content pillar, misalnya yang relate dengan kesehatan adalah gym, suplemen, tips diet. Jadi ketika kamu membuat konten tentang kesehatan, tidak akan jauh-jauh dari content pillar yang sudah kamu set di awal. Content Pillar sangat membantu kamu dalam mengembangkan variasi kontenmu di social media.

Bayangkan Sebagai Audience

Socla media branding, ada unsur social di sana, dan social syarat akan interaksi dan keterlibatan orang lain atau yang biasa kita sebut dengan audience. Selalu libatkan audience dalam setiap kontenmu, ajak berinteraksi. Dan dalam konteks “Bayangkan Sebagai Audience”, kamu juga harus memahami, apa yang kira-kira audience inginkan dari keberadaanmu di social media. Ini terlihat dari statistik konten yang sudah kamu publikasikan.

Pilih Social Media

Semua platform bagus adanya untuk mempromosikan kita sebagai individual, perusahaan atau sebuah produk atau solusi. Tapi akan lebih baik juga ketika kita benar-benar bijak dalam mebentukan yang terbaik untuk kita. Misal kamu adalah seorang profesional yang pekerjaannya relate dengan startup atau pekerjaan kantoran, tentu LinkedIn adalah social media wajib. Tapi untuk kamu yang casual, target market umum atau bahkan anak milenial, TikTok jelas masuk di urutan pertama.

Ketika kamu sudah menginvestasikan waktumu untuk membangun social media kamu dengan branding positif kamu, tentu akan berbuah manis suatu saat nanti. Jadi tidak ada salahnya dengan “apa-apa kok dikontenin”. Selama semuanya positif dan tidak merugikan orang lian, kenapa tidak dilakukan. Toh itu untuk kebaikan kita, karena di dunia digital kita harus memposisikan menjadi trustable dan knowledgable.

Share This

Share This

Share this post with your friends!