Kita sebagai muslim tentu sering mendengar kisah Rasulullah SAW yang mendapatkan banyak serangan dan menerima perlakuan tidak baik dari kaum Kafir Quraisy. Saat membaca kisah-kisah tersebut, yang menjadi sorotan utama bukan hanya kejamnya perlakuan pada kaum kafir, tetapi tentang sabar dan ikhlasnya Rasulullah menerima perlakuan tidak menyenangkan tersebut. Tak hanya itu, bahkan Rasulullah pun memaafkan semua perbuatan yang diterimanya. Secara sikap, Rasulullah telah memberikan contoh sabar dan pemaaf. Namun, bagaimana penjelasan Islam tentang sikap tersebut? Adakah dasar dalilnya?

Aisyah RA pernah ditanya terkait pribadi Rasulullah, ia menjelaskan:

Adalah Rasulullah SAW orang yang paling bagus akhlaknya: beliau tidak pernah kasar, berbuat keji, berteriak-teriak di pasar, dan membalas kejahatan dengan kejahatan. Malahan beliau pemaaf dan mendamaikan,
(HR Ibnu Hibban).

Selain hadits, Allah juga menurunkan firman dalam QS. Asy-Syura ayat 40:

وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا ۖ فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

Barangsiapa yang memaafkan dan mendamaikan maka pahalanya dari Allah SWT.
(QS: Asy-Syura: 40)

Pada ayat 30 QS. Asy-Syura Allah juga berfirman tentang keutamaan seorang pemaaf:

وَمَآ اَصَابَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍۗ

Musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri dan (Allah) memaafkan banyak (kesalahanmu).
(Asy-Syūrā [42]:30)

Allah Yang Maha Pemaaf sesungguhnya dapat dimaknai sebagai sifat yang Allah contohkan kepada umatNya. Artinya, pemaaf adalah sifat utama yang idealnya dimiliki seorang muslim. Walaupun berat untuk seratus persen meniru pribadi Rasulullah yang memaafkan orang-orang yang menyakiti beliau, setidaknya sebagai umatnya kita perlu ingat bahwa jika kita tidak mau memaafkan perbuatan orang yang tidak baik dan menyakitkan sesungguhnya hal tersebut tidak aka nada manfaatnya untuk diri kita.

Selain menjadi sosok yang pemaaf, bersabar juga merupakan sifat yang Allah utamakan. Hal ini Allah sebutkan dalam QS. Asy-Syura ayat 43:

وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَٰلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.
(QS: Asy-Syura: 43)

Dua sifat tersebut memang menjadi keutaam bagi seorang muslim, terbukti dengan banyaknya dalil yang menjelaskannya. Hal ini karena sebetulnya Allah ingin menyampaikan bahwa persatuan adalah nikmat Allah yang luar biasa, terutama jika persatuan itu terjadi setelah adanya permusuhan. Hal ini sesuai dengan firman Allah:

وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا

Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, kemudian Allah mempersatukan hatimu, lalu jadilah kalian orang-orang yang bersaudara, karena nikmat Allah.
(QS. Ali imran: 103)

Share This

Share This

Share this post with your friends!